Jumat, 12 Desember 2014

Cukuplah Presiden Jokowi Jadi Obat Penenang

Orang-orang pada rame di sosmed, nyinyir nilai tukar rupiah terhadap USD terus melandai (Harian Kontan Edisi 12/12/14 rupiah tembus 12.300/USD). Memang kebijakan bank sentral AS (The Fed) menaikan suku bunga, memantik para pelaku usaha kabur melepas mata uang dari negara emerging market termasuk Indonesia ke AS. Soal lain, beberapa BUMN seperti PT Garuda Indonesia, Antam, Krakatau Steel, meringkuk rugi akibat selisih kurs Rp terhadap USD yang jomplang sepanjang 2014.

Di tengah volatilitas rupiah yang tinggi, tentu investasi di Indonesia penuh risiko. Semakin tinggi volatilitas nilai tukar atau iklim bisnis di suatu tempat, maka 'kepastian' return suatu jenis usaha atau investasi semakin rendah. Ini yang dikhawatirkan para pelaku usaha.

Regulator moneter (BI) beberapa hari lalu mengingatkan, jangan panik, BI masih nyaman dengan posisi rupiah saat ini dan belum mau menaikan BI rate. Lalu bagaimana dengan pemerintahan Jokowi? Sebelumnya beberapa analis bicara tentang hedging (lindung nilai). Agar nilai tukar rupiah tak terlalu getas dengan kondisi pasar (baik internal dan eksternal).

Tapi tak usah khawatir, meski kurs rupiah terhadap USD terus melemah, tapi daya pesona pencitraan Jokowi masih kuat. Publik tak akan marah atau resah, karena sosok Presiden kita (Jokowi) sudah cukup menjadi obat penenang publik, pelaku usaha dan pasar. Bukannya di awal-awal dilantik jadi presiden RI, beberapa oknum mengklaim, ekspektasi pasar begitu baik terhadap pemerintahan Jokowi? Selamat malam []


Tidak ada komentar:

Posting Komentar