Rabu, 24 Desember 2014

Belajar Loyal pada Anjing Hachiko

Legenda seekor anjing loyal bernama Hachiko asal Odate-Jepang, memantik kesadaran kita tentang arti loyalitas dan rasa terima kasih. Hachiko, hanyalah seekor anjing yang ditemukan Dr. Eisaburo Ueno. Seseorang profesor di Universitas Tokyo. Hachiko kemudian diasuh profesor Ueno dengan ketukunan dari dalam hati. Pagi, siang dan malam, Hachiko diurus dengan cinta.

Setelah Hachiko tumbuh dewasa, kebiasaannya adalah mengantar dan menjemput tuannya profesor Ueno di stasiun kareta api Shibuya. Hal itu dilakukannya setiap pagi dan sore kala tuannya pergi dan pulang kerja. Dengan instingnya, Hachiko seakan menyampaikan rasa terima kasihnya pada profesor Ueno karena telah merawatnya dengan baik.

Hingga satu ketika profesor Ueno meninggal dunia terserang stroke. Namun Hachiko tetap menanamkan loyalitas dan terima kasih. Selama sembilan tahun, anjing berkuit putih itu, mondar-mandir menunggu tuanya (almarhum profesor Ueno) di stasiun kareta Shibuya. Akhirnya tahun 1934, Hachiko meregang nafas terakhir di stasiun Shibuya dalam penantiannya pada sang tuan–profesor Ueno.

Hachiko hanyalah seekor anjing, tanpa akal, tanpa budi. Loyalitasnya hanyalah sebuah naluri atau kebiasaan yang terjaga dan berulang. Namun Hachiko menampilkan perilaku hanif yang jarang dilakukan manusia, Loyalitas manusia hanya seukur dengan kebutuhan dan kenyamanannya perutnya.

Di politik, soal loyalitas adalah sesuatu yang mahal. Pagi orang loyal pada si A, sore bisa mengkhianati si A dan loyal pada si B. Pokok soalnya, sejauh mana politisi, bisa mengkonversi loyalitas dengan isi perut dan kekuasaan.

Maka tak heran juga, kenapa politisi dan fatsun politiknya kerap bikin orang sewot. Karena suka pindah-pindah partai politik dan majikan politik. Tak jelas loyalitasnya pada ideologi perjuangan apa dan siapa teladan politiknya?

Semacam bukan politisi ideologis. Karena idealnya, orang berpolitik karena frame ideologi politik. Meski politik kerap dianggap jalan pintas merengkuh kekuasaan.

Hachiko hanyalah seekor anjing yang tak memiliki kesadaran nilai. Meski kebiasaannya, mentransformasi etika dasar kemanusiaan. Sesuatu yang jarang dimiliki manusia, terutama politisi. Maka jadilah politisi loyalis. Yang loyal pada nilai dan ideologi perjuangan. Loyal pada mereka yang punya ideologi perjuangan dan yang masih punya “politik nilai.”


Hachiko, seekor anjing cerdas, yang dengan perilaku loyalnya, menampar setiap orang yang cenderung mendua dan muda berkhianat. Pagi menjilat si A sore menjilat si B. Jilat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar