Legenda seekor anjing loyal bernama Hachiko asal Odate-Jepang, memantik
kesadaran kita tentang arti loyalitas dan rasa terima kasih. Hachiko, hanyalah
seekor anjing yang ditemukan Dr. Eisaburo Ueno. Seseorang profesor di
Universitas Tokyo. Hachiko kemudian diasuh profesor Ueno dengan ketukunan dari
dalam hati. Pagi, siang dan malam, Hachiko diurus dengan cinta.
Setelah Hachiko tumbuh dewasa, kebiasaannya adalah mengantar dan menjemput
tuannya profesor Ueno di stasiun kareta api
Shibuya. Hal itu dilakukannya setiap pagi dan sore kala tuannya pergi dan
pulang kerja. Dengan instingnya, Hachiko seakan menyampaikan rasa terima
kasihnya pada profesor Ueno karena telah merawatnya dengan baik.
Hingga satu ketika profesor Ueno meninggal dunia terserang stroke. Namun
Hachiko tetap menanamkan loyalitas dan terima kasih. Selama sembilan tahun,
anjing berkuit putih itu, mondar-mandir menunggu tuanya (almarhum profesor
Ueno) di stasiun kareta Shibuya. Akhirnya tahun 1934, Hachiko meregang nafas
terakhir di stasiun Shibuya dalam penantiannya pada sang tuan–profesor Ueno.
Hachiko hanyalah seekor anjing, tanpa akal, tanpa budi. Loyalitasnya
hanyalah sebuah naluri atau kebiasaan yang terjaga dan berulang. Namun Hachiko
menampilkan perilaku hanif yang jarang dilakukan manusia, Loyalitas manusia
hanya seukur dengan kebutuhan dan kenyamanannya perutnya.
Di politik, soal loyalitas adalah sesuatu yang mahal. Pagi orang loyal pada
si A, sore bisa mengkhianati si A dan loyal pada si B. Pokok soalnya, sejauh
mana politisi, bisa mengkonversi loyalitas dengan isi perut dan kekuasaan.
Maka tak heran juga, kenapa politisi dan fatsun politiknya kerap bikin
orang sewot. Karena suka pindah-pindah partai politik dan majikan politik. Tak
jelas loyalitasnya pada ideologi perjuangan apa dan siapa teladan politiknya?
Semacam bukan politisi ideologis. Karena idealnya, orang berpolitik karena
frame ideologi politik. Meski politik kerap dianggap jalan pintas merengkuh
kekuasaan.
Hachiko hanyalah seekor anjing yang tak memiliki kesadaran nilai. Meski
kebiasaannya, mentransformasi etika dasar kemanusiaan. Sesuatu yang jarang
dimiliki manusia, terutama politisi. Maka jadilah politisi loyalis. Yang loyal
pada nilai dan ideologi perjuangan. Loyal pada mereka yang punya ideologi
perjuangan dan yang masih punya “politik nilai.”
Hachiko, seekor anjing cerdas, yang dengan perilaku loyalnya, menampar
setiap orang yang cenderung mendua dan muda berkhianat. Pagi menjilat si A sore
menjilat si B. Jilat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar