Kamis, 10 Juli 2014

Klaim Menang, Gaya Lama Megawati Diulang


Di beberapa sosmed saya dibilang panik. Untuk apa panik? Toh saya paham gaya main klaim megawati, hanyalah gaya lama yang diulang-ulang. Gaya yang persis pernah dilakoni Mega waktu capres (Mega-Hasyim). Anda ingat? Pada waktu itu, tim kampanye Mega-Hasyim membuat perhitungan cepat (quick count) 'tandingan'. Menurut quick count yang diadakan TVRI bekerja sama dengan Institute for Social Empowerment and Democracy, Mega menang tipis atas SBY.

Hasil perhitungan cepat ini disampaikan Sekretaris Tim Kampanye Mega-Hasyim, Heri Akhmadi dalam jumpa pers di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (20/9/2004) pukul 16.00 WIB.

Menurut Heri Akhmadi, berdasarkan perhitungan suara di 1.264 TPS yang jadi sampel duet Mega-Hasyim meraih 131.421 suara atau 50,07% dan SBY-Kalla meraih 131.051 suara atau 49,93%.? Tapi hasilnya ???? Lagi-lagi Mega dipecundangi SBY !


Sebelumnya menurut quick count The National Democratic Institute (NDI) dan LP3ES, yang telah merampungkan perhitungan 40% dari 2.000 TPS yang disurvei, SBY unggul relatif besar dengan perolehan suara 62%, sedangkan Mega 38%

Kali ini, klaim kemenangan yang disampaikan Mega sendiri di kediamannya Jl Kebagusan tersebut, didasarkan pada hasil quick count pemilik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani. Menurut analisis praktisi survey, pada proses hitung cepat yang dilakukan SMRC dan disiarkan beberapa televisi, terdapat kejanggalan yang patut dipertanyakan.

Kejanggalan tersebut terjadi pada perubahan hasil quick count versi SMRC dan diikuti oleh tujuh lembaga survey lainnya, terjadi sekitar pukul 13.00 pada saat tayangan televisi break iklan dan selingan musik. Setelah break yang berlangsung selama 14 menit itu terjadi perubahan angka perolehan suara yang awalnya Prabowo-Hatta mengantungi 52,7% berubah menjadi 47,3%. Sementara perolehan suara Jokowi-JK yang semula 47% berubah menjadi 52%.

Pergeseran ini terjadi pada saat jumlah suara masuk bergerak dari 13,78% sd 17,6%. Jumlah suara masuk mengalami peningkatan 4% selama break siaran televisi 14 menit. Sedangkan angka perolehan suara Jokowi-JK naik 5%. Mungkinkah bisa seperti itu?

Jadi saya menyimpulkan, gaya lama Mega  yang diulang-ulang ini sebatas menghibur masyarakat dan simpatisan Joko-JK. Sebenarnya Mega tahu, bahwa ia tak punya jejak sejarah menang dalam setiap perhelatan politik berskala nasional. Jadi sebenarnya tak ada kepanikan, yang ada Cuma upaya meyakinkan para pendukung Joko-JK, agar segerah bangun dari tidurnya. []



1 komentar: