Di beberapa sosmed saya dibilang panik. Untuk apa
panik? Toh saya paham gaya main klaim megawati, hanyalah gaya lama yang
diulang-ulang. Gaya yang persis pernah dilakoni Mega waktu capres
(Mega-Hasyim). Anda ingat? Pada waktu itu, tim kampanye Mega-Hasyim membuat
perhitungan cepat (quick count) 'tandingan'. Menurut quick count yang diadakan
TVRI bekerja sama dengan Institute for Social Empowerment and Democracy, Mega
menang tipis atas SBY.
Hasil perhitungan cepat ini disampaikan Sekretaris Tim
Kampanye Mega-Hasyim, Heri Akhmadi dalam jumpa pers di kantor DPP PDIP, Lenteng
Agung, Jakarta Selatan, Senin (20/9/2004) pukul 16.00 WIB.
Menurut Heri Akhmadi, berdasarkan perhitungan suara di
1.264 TPS yang jadi sampel duet Mega-Hasyim meraih 131.421 suara atau 50,07%
dan SBY-Kalla meraih 131.051 suara atau 49,93%.? Tapi hasilnya ???? Lagi-lagi
Mega dipecundangi SBY !
Sebelumnya menurut quick count The National Democratic Institute (NDI) dan LP3ES, yang telah merampungkan perhitungan 40% dari 2.000 TPS yang disurvei, SBY unggul relatif besar dengan perolehan suara 62%, sedangkan Mega 38%
Kali ini, klaim kemenangan yang disampaikan Mega sendiri di kediamannya Jl
Kebagusan tersebut, didasarkan pada hasil quick count pemilik Saiful Mujani
Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani. Menurut analisis praktisi
survey, pada proses hitung cepat yang dilakukan SMRC dan disiarkan beberapa
televisi, terdapat kejanggalan yang patut dipertanyakan.
Kejanggalan tersebut terjadi pada perubahan hasil quick count versi SMRC
dan diikuti oleh tujuh lembaga survey lainnya, terjadi sekitar pukul 13.00 pada
saat tayangan televisi break iklan dan selingan musik. Setelah break yang
berlangsung selama 14 menit itu terjadi perubahan angka perolehan suara yang
awalnya Prabowo-Hatta mengantungi 52,7% berubah menjadi 47,3%. Sementara
perolehan suara Jokowi-JK yang semula 47% berubah menjadi 52%.
Pergeseran ini terjadi pada saat jumlah suara masuk bergerak dari 13,78% sd
17,6%. Jumlah suara masuk mengalami peningkatan 4% selama break siaran televisi
14 menit. Sedangkan angka perolehan suara Jokowi-JK naik 5%. Mungkinkah bisa
seperti itu?
Jadi saya menyimpulkan, gaya lama Mega yang diulang-ulang ini sebatas
menghibur masyarakat dan simpatisan Joko-JK. Sebenarnya Mega tahu, bahwa ia tak
punya jejak sejarah menang dalam setiap perhelatan politik berskala nasional.
Jadi sebenarnya tak ada kepanikan, yang ada Cuma upaya meyakinkan para
pendukung Joko-JK, agar segerah bangun dari tidurnya. []
apakah ini pengulangan dari gaya masa lalu?
BalasHapus