Kalau Jokowi pemimpin yang baik, pastilah ia mampu
menahan tumpahan emosi kader dan simpatisan PDIP. Penyerangan terhadap kantor
biro Tv One kemarin, adalah gejala anarkisme dan infantilisme Jokowi
(baca pernyataan Jokowi terhadap aksi penyerangan tv one). Peristiwa itu
menjadi momok menakutkan bagi dunia jurnalisme. Sebagai pemimpin, Jokowi
mestinya cekatan, memahami isu dan potensi ledakan kekerasan di internal
gerbongnya.
Ketakmampuan Jokowi meredam ledakan emosi kadernya,
adalah "suatu pertanda" bahwa Indonesia berada dalam potensi
keretakan serius, bila dipimpin Jokowi. Saya membayangkan, meredam gejolak
kader sekecil itu saja Jokowi tak mampu, apalagi, bila suatu waktu, Jokowi harus ambil sikap meredam
konflik-konflik domestik berskala besar? Ataukah aksi kekerasan kemarin,
adalah bagian dari cara pandang Jokowi "Kita bikin ramai?"
Revolusi bodong
Tak mengakarnya ide revolusi mental dalam diri kader,
menyebabkan segala sesuatu ditafsirkan dengan kekerasan. Tafsir kekerasan itu
kian masif dan terlembagakan, manakal salah satu elit PDIP menyerukan
"siaga satu dan kepung Tv One".
Idiom-idiom militerisme yang acap kali dimurkai PDIP,
kini dipakainya sebagai pemungkas dalam merespon isu-isu media tentang PDIP. Penggunaan
idiom-idiom militerisme itu, kemudian mambuat kita membacanya secara terbalik,
bahwa justru doktrin kekerasan PDIP lebih berbahaya dibandingkan doktrin
kekerasan militerisme itu sendiri.
Peristiwa penyerangan oknum PDIP ke Tv One yang
menjadi momok di jagat jurnalisme itu, kini membuat kita menakar ulang
pemahaman Jokowi dan kader PDIP umumnya terhadap terminologi revolusi
mental.
Dalam tafsiran saya, pesan revolusi mental lebih pada
mendekatkan sisi orisinalitas kemanusiaan pada sistem politik dan pemerintahan.
Termasuk di dalamnya ; memaknai dinamika politik secara elegan dengan kadar
rasionalitas yang mumpuni. Tidak main anarkis. Maka tindak tanduk kekerasan
yang berpretensi teror dan menekan itu, seakan "meludahi"
kata-kata "revolusi mental" yang kerap membusa dari dalam lobang
mulut Jokowi.
Alhasil, dalam watu sebentar ini (pemilu 2014), kita
tak menemukan efek "revolusi mental" itu dalam sikap dan
tindak-tanduk kader PDIP menyikapi isu-isu media yang disasarkan padanya.
Aksi kekerasan dan anarkisme di kantor biro Tv One---menerangkan pada kita,
bahwa "bahaya laten" kekerasan itu sudah nyata; PDIP
memulainya? Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar