Rabu, 09 April 2014

Berkibarnya Partai Berbasis Agama


Puan-puan dan nyonya-nyoya, oleh beberapa lembaga survei sebelum 9 April, merilis partai berbasis agama bakal terjungkal perolehan suaranya. Prediksi itu tenggkurap dan salah total, sejak hitungan cepat (quick count) dirilis beberapa media. Saya bahkan bilang itu hasil hayalan lembaga survei pemamah.  


Entah metode apa yang dipakai, akurasi lembaga survei tersebut tak mengena sedikitpun. Buktinya, berdasarkan data sementara hasil hitungan cepat, partai berbasis agama seperti PKS, PPP, PKB dan PAN suaranya melambung di atas 6-7%.


Kasarnya, bila PKB+PAN+PKS+PPP+PBB, maka akumulasi persentasi partai tengah berbasis agama ini bisa mendekati 31,8%. Seksi bukan?
PKS khususnya, dengan skandal korupsi terdahsyat yang meledak ke publik, nyata-nyata tak membuat perolehan suaranya terdegradasi di pemilihan legislatif 9 April.

Kader-kadernya malah berceramah, korupsi itu musibah yang tak merubah pilihan ideologisnya. Tentu bagi mereka, politik itu soal keyakinan pada nilai. Bukan kesalahan orang per orang.

Suara PKS melambung hingga mendekati 7%. Di atmosfer sosmed, elit PKS sumringah. Anis Mata (Presiden PKS) bahkan berkicau di twitter nya dengan kata-kata “menggelegar”. Kalau Syahrini caleg PKS, pasti ia juga bilang “getar membahana”.

Suka cita Anis itu karena suara PKS mampu menembus getasnya ekspektasi lembaga survei. Menteri dari PKS Tifatul Sembiring dengan kecut mengolok lembaga survei yang merilis PKS, PPP dan PAN tak masuk Senayan;@tifsembiring 

Demikian pun PKB, partai anak-anak santri ini lantas nyaris meninggalkan Partai Demokrat. Demikian pun PAN yang persentasi perolehan suaranya terus melejit hingga menyerempet angka 8%.

Dipemilu 2009, PAN mengoleksi banyak caleg artis, tapi kini PKB jauh lebih banyak koleksi caleg artis, atau PPP dengan Angel Lelga. Manjurkan?  

Apalah itu, dalam demokrasi liberal, semua cara boleh. Asal halal. Selebrasi Jokowi saja boleh, apalagi selebrasi bang Haji (Roma)? Memang tugas bang Roma itu selebrasi. Lain hal kalau Jokowi yang gubernur itu. Yang penting caranya tak mencederai demokrasi. Yang penting suara partai bisa di tongkat hingga menyentuh batas parlemen treshold.    

Nah…kalau sudah begini, partai-partai besar itu (Golkar, PDIP dan Gerindra) mesti mengukur nafas, menghela baju kebesaran politiknya. 

Mengatur langka untuk merajut koalisi dengan partai tengah berbasis agama itu. Sekarang sudah Jelas, Jokowi efek tak sedahsyat efek kemenangan partai berbasis agama. []    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar