Ini pertanyaan sederhana. Jawabannya juga sederhana. Agar orang Alor punya
wakil di Jakarta. Setidaknya, ada representasi yang duduk diparlemen (DPR-RI). Kalau
bukan orang Alor asli, atau yang punya hubungan geneologi-historis dengan Alor;
dan orang luar yang berempati serta punya visi tentang pembangunan Alor ke depan.
Orang inilah yang kita percaya, bisa mengatur distribusi anggaran pembangunan, agar porsinya ideal dan berkeadilan. Paling tidak, kawasan daerah tertinggal seperti Kabupaten Alor “terasa” masih bagian Indonesia dalam politik pembangunan nasional.
Selama ini, program-program pembangunan di Alor cenderung tak lingkage dengan program-program
pembangunan yang di-creat pemerintah
pusat. Baik policy maupun budgeting-nya.
Soal ini sebagai efek
dari terputusnya saluran informasi strategis dari pusat ke daerah. Khsusnya
Kabupaten Alor.
Berbeda dengan kabupaten lainnya di Flores-NTT, khususnya Flores Barat. Mereka
mampu membangun linieritas program pembangunan yang lingkage dengan proyek-proyek pembangunan pemerintah pusat.
Akibatnya, akselerasi pembangunan di kawasan Flores Barat sangat terasa.
Pertanyaannya, kenapa mereka bisa? Itu karena mereka punya representasi di
DPR-RI, yang punya kewenangan membuat UU, punya fungsi anggaran dan pengawasan
terhadap kinerja pemerintah.
Paling tidak, setiap masa reses dan kunjungan kerja perorangan anggota
DPR-RI, para wakil rakyat itu men-suplay
informasi-informasi penting proyek pembangunan yang perlu disinergikan oleh
pemerintah daerah setempat. Khususnya daerah-daerah yang telah memberikan
dukungan politik signifikan dimasa pemilu legislatif.
Yang terjadi di Kabupaten Alor selama ini, informasi perencanaan anggaran
pembangunan, cenderung di-suply oleh
calo-calo anggaran yang tak jelas juntrungannya.
Alhasil, informasi yang
kebanyakan fiktif dengan perantara calo itu, dibayar dengan nilai “fantastis”.
Apalagi itu menggunakan anggaran daerah. Anda bayangkan, anggaran daerah
dibajak hanya untuk informasi fiktif calo proyek?
Karena praktek calo yang berlapis dalam struktur informasi dan politik
pembangunan pemerintah Kabupaten Alor, maka nyaris setiap proyek pembangunan
menyisahkan sinisme dimana-mana karena dikorup.
Persoalannya sederhana; karena kita (orang Alor) tak punya akses untuk
masuk ke sentra-sentra penting informasi strategis rencana pembangunan nasional.
Baik dari sisi kebijakan (policy)
maupun dari sisi anggarannya (budgeting).
Anggaran-anggaran parkir semisal dana optimalisasi yang diperuntukan bagi
pembangunan infrastruktur, kerap dinikmati oleh kabupaten/kota lain di NTT,
karena mereka punya wakil yang memperjuangkannya.
Lagi-lagi pembahasan anggaran semisal dana optimalissai itu, hingga ke
tahap Satuan tiga (3), tensi dan pertimbangan politik sangat krusial dan menentukan.
Disinilah peran penting anggota DPR dengan segala daya tawarnya, mengatur dan
mem-plot daerah-daerah basis sebagai calon penerima dana optimalisasi. Alhasil
infrastruktur di daerah-daerah Flores Barat tumbuh pesat. Bagaimana dengan
Kabupaten Alor ???
Di titik pertanyaan inilah, kita penting merehabilitasi kesadaran dan
pilihan politik. Agar memilih beberapa calon anggota DPR-RI yang selama ini
sudah turun dan memberikan jalan strategis bagi politik pembangunan Kabupaten
Alor ke depan.
Alor selama ini dianggap masa mengambang (floating mass). Suara pemilihnya cenderung sporadis dan tak signifikan
mengarah ke figur tertentu. Terpecah-pecah hingga menjadi akumulasi suara yang
kecil ke setiap caleg DPR-RI. Disinilah titik krusial yang perlu segerah
diedukasi oleh elit politik kabupaten Alor.
Siapa yang kita pilih untuk
DPR-RI ?
Tentu orang yang kita pilih adalah yang punya visi besar tentang Kabupaten
Alor (baik putera/Puteri daerah, atau yang punya hubungan geneologi-historis
dengan Alor).
Ia memahmi sektor-sektor penting pembangunan Alor, baik dari sisi kebijakan
maupun anggaran. Punya pengalaman yang matang di dunia politik dan berjejaring
secara nasional.
Yang kita pilih adalah tokoh. Apalagi tokoh mudah dan enerjik.
Kita tidak memilih siapa yang paling banyak spanduk dan balihonya di Kota
Kalabahi, tapi yang kita pilih adalah tokoh yang punya visi besar tentang
pembangunan Alor ke depan.
Ia tidak hanya mengumpulkan suara di Alor, tapi di beberapa titik electoral
Dapil I NTT pun ia punya kantong basis yang bisa di andalkan. Harus ada satu
tekad bagi orang Alor bahwa kita adalah bagian dari
kemenangan di tanggal 09 april nanti di TPS. AYO memilih yang bervisi tentang
Alor ke depan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar