Selasa, 26 Agustus 2014

Boni Hargens cs, Relawan atau Buruh Politik Outsourcing?



Kata-kata relawan pada momentum politik praktis, acap kali dipakai untuk membumbui kerja politik, bahwa seolah-olah figur politik tertentu, memiliki akseptabilitas yang luas di ranah sosialnya. Istilah relawan, mengandaikan, bahwa seseorang mendapatkan respon yang luas  menjadi pemimpin. Olenya itu, masyarakat secara suka rela, bekerja membantunya, dan memperjuangkannya sebagai pemimpin.

Di momentum pileg dan pilpres 2014, istilah “relawan” menyemarakan panggung politik. Meski kita mengiranya, karena relawan berarti tanpa digaji dan tanpa insentif apapun. Karena mereka bekerja secara suka rela, maka tenaga, waktu dan biaya, semuanya disumbangsihkan. Intinya tanpa pamrih; ikhlas mengharapkan pahala dan surga.  


Begitulah kira-kira, pemahaman relawan. Istilah relawan justru menemukan kesumirannya, ketika ujung-ujungnya, relawan minta digaji, dibiayai atau minta jatah jabatan (apapun). Lebih gelinya, ketika relawan terus ingin menjadi relawan, meski kerja-kerja taktis sebagai relawan sudah usai.

Misalnya; Boni Hargens dan “segerombolan” orang datang ke kantor transisi Jokowi, minta ikut bekerja sebagai tim transisi. Boni pun menghitung-hitung; semua yang sudah diabdikan pada Jokowi. Padahal, kerja-kerja taktis relawan sudah usai. Artinya, Boni cs, juga sudah selesai mengabdikan dirinya pada Jokowi-JK. Boni sudah saatnya kembali ke kampus, setelah sebentar gawe politik.

Lalu ketika Boni cs datang menyeruduk kantor transisi Jokowi minta ikut terlibat dalam tim transisi, maka segera tindakan momok itu, mengkonfirmasi kita, bahwa Boni cs, bukanlah relawan sebagaimana maknanya. Boni cs, hanyalah pemburu politik, yang memanfaatkan istilah relawan sebagai pintu masuk pusaran kekuasaan.

Tingkah menggelikan Boni cs, menjelaskan bahwa mereka bukan relawan ! Mereka adalah buruh politik outsourcing yang protes  keras ketika masa kerjanya usai, tanpa pasangon dan tanpa insentif apapun.

Dalam ranah politik praktis, sederhananya bisa didefinisikan begini; Boni Hargens cs, selama masa pilpres 2014, sudah mati-matian meng-opinikan Jokowi ke publik secara positif,lalu sekarang meminta imbalan. Bungkusannya “hanya ingin terlibat dalam tim transisi Jokowi”. Ini gaya lama; garing, basi dan tak memberikan manfaat.

Maka ketika Boni Hargen mempertontonkan kekerdilannya; menantang debat Amin Rais soal pilpres, saya justru menaruh curiga, bahwa ini kredit poin besar bagi Boni, dan tentu bayarannya tak sedikit, karena derajat perdebatan pun cukup tinggi; yakni dengan tokoh sentral Prabowo-Hatta. Artinya; tak ada yang gratis bagi relawan seperti Boni. Hari ini Boni memperlihatkan itu.

Menurut saya, Boni cs berandil merusak istilah relawan, karena istilah relawan; khususnya dalam momentum politik, menempati derajat kemuliaan, ketika disaat semua orang menaggap politik selalu mepet dengan uang, imbal materi dan jabatan. Istilah relawan muncul, dan menegaskan pada kita, bahwa para relawan adalah orang-orang ikhlas yang berjuang karena nilai, karena figur yang dianggapnya perlu dibantu secara suka rela (ikhlas). Bukan demi sesuatu… woo la laaaaa…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar