Entah
kenapa, malam ini sudah jam 01.40 WIB Alif belum juga bobok. Matanya masih
menyala seperti balon lampu 10 WATT. Memang biasanya, kalau leptop saya nyala,
mata Alif ikut melek hingga larut. Ia selalu berharap saya putar film Jet Li. Itu
film kungfu kesukaannya. Atau apa budaya begadang sudah mulai menurun padanya.
Semoga tidak.
Alif mulai pintar doa setelah solat. Do’anya cukup fokus pada yang dinginkan. “Ya Allah, berikan ayah Alif rejeki yang banyak, biar Alif bisa sekolah dan beli sepeda baru ya Allah”. Masih kecil tapi sudah pintar menumpahkan seleranya pada Tuhan. Doa yang cukup meyakinkan Tuhan.
Dua
bulan lalu, bundanya mendaftarkan Alif di TK Aysiyah. Sejak itu, Alif sudah
melupakan Gontor. Dulu kalau ditanya, Alif sekolah dimana? Jawabnya “Sekolah di
Gontor”. Tapi kini jawabannya “Sekolah di TK Aysiyah”. Kemarin ditanya kalau
sudah besar mau jadi apa? Jawabnya “mau jadi dokter”. Sekarang sudah ganti lagi,
“mau jadi polisi”.
Waktu-waktu
yang paling memusingkan adalah jam berangkat kerja. Alif selalu tanya, Ayah
pake baju apa bun? Setiap mau berangkat kerja, dikiranya mau ke Mall Cempaka
Mas, atau beli mainan di Gramedia. Kalau sudah begitu, ia bergegas memakai
celana jins kesukaannya, atau sering dibilangnya “celana ganteng” dan ngotot
ikut.
Apapun
itu nak, kau tetaplah Alif. Sosok yang menyerupai namamu. Alif Fachry Zafran
Khoiri; yang pertama dan kebanggan para pemenang dalam kebaikan. Nama yang tak
saja menempel jiwamu, tapi sekaligus menjadi munajat untuk masa depanmu.
Empat
tahun bukanlah waktu sebentar menunggumu tumbuh. Hari berganti bulan, kami
selalu mengharapkan ada peristiwa baru dalam hidupmu. Kami selalu memastikan
apa yang kau makan adalah yang halal. Yang murni dari keringat dan peluh.
Bahkan kami menjaga itu dari hari-harimu.
Malam ini
mengingatkan saya pada bundamu, yang waktu itu mulas dan mondar-mandir karenamu
yang ada dalam perutnya. Seakan waktu meloncat begitu cepat, dari 15 Mei 2010
ke 15 Mei 2014. Baru kemarin saya menunggumu dengan gelisah dari perut bundamu,
kini kau tumbuh sebagai lelaki Timur yang gagah. Kemauanmu yang kuat, gaya
ngototmu, membuat kau menjadi laki-laki yang utuh dan tangguh.
Kamu
lahir dalam suasan yang begitu sulit. Ketika kami (ayah dan bundamu) baru mulai
menghitung hidup. Mulai memintal nafas. Tapi akhirnya kekuatan hati dan cinta, kami
mendekapmu dalam kecintaan yang sungguh. Sedetikpun tak terlewati. Sampai
kapanpun, cinta dan jiwa kami menyertaimu. Menyertai hari-harimu hingga kau
tumbuh sebagai sosok yang ada dalam namamu. Selamat ulang tahun Alif, separuh
Jiwaku. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar