Selasa, 15 April 2014

Sepatu Koruptor


Peratam-tama jangan dikira tulisan ini ada kaitannya dengan “Sepatu Dahlan”. Film yang ingin mengupas rekam jejak mentri BUMN yang yang kini berpumpun di partai demokrat (PD) itu.


Partai yang tiba-tiba jeblok perolehan suaranya di pemilu 9/4/14. Lalu digosip, konvensi capres PD berganti judul konvensi cawapres PD. Efek SBY terkapar diujung jempol kaki Jokowi efek.

SBY dan Jokowi ini persis efek heterodin. Efek bayangan oleh dua gelombang politik beda frekuensi. Frekuensi pencitraan media Jokowi lebih dahsyat energi elektoralnya. Sementara gelombang frekuensi kepemimpinan SBY, diwarnai korupsi orang-orang di sekitarnya.


Dulu kemasan SBY juga setali tiga uang dengan Jokowi. Dua-duanya menyembul dari perut media. Maksudnya indsutri berita.  Atau kasarnya korban media “latah”.

Dua-duanya punya efek bayangan. Efek Jokowi memompa energi elektoral. Sementara efek SBY mengilar potensi elektoral partainya di pemilu 2014.

Entah kenapa, kapal demokrat ini hanyut di pemilu 2014. Jangkar partai tak begitu mendasar di hati publik. Entah jangkar apa yang dipakai?

Jangkar buritan? Jangkar cemat? Jangkar haluan atau jangkar keruk? Yang jelas di pemilu 2014, partai demokrat tak mampu menjangkau suasana kebatinan publik. Lalu apa? PD sekarang tak seindah dulu. PDIP mengulum madu, PD melepeh racun.   

Padahal Jokowi, elit PDIP, SBY dan elit PD, sama-sama pake sepatu. Sepatu kekuasaan. Yang satu cuma gubernur, yang satu presiden. Lalu ketika kedua-duanya pergi kampanye, selalu dihormati sebagai presiden dan gubernur yang pake sepatu kekuasaan. Dua-duanya pernah memenangi pilihan politik rakyat.

Hitung-hitung menggunakan publisitas sebagai pejabat negara untuk menggaet pilihan politik rakyat. Semoga ini bukan korupsi image.
Kelebihan Jokowi adalah, ia juga mengkorup ekspektasi warga Jakarta. 

Warga Jakarta yang menginginkannya sebagai gubernur lima tahun, dikorup sedemikian rupa menjadi 1,5 atau 2 tahun karena ingin jadi presiden.  

Tapi rakyat yang selalu ingin pemimpinnya lihat ke bawah, kerap juga melihat bagian kaki para pejabat asal partai itu. Bagian alas kaki para pejabat yang suka menyebut namanya pemerintah, atau yang suka beri perintah. Pertama-tama yang dilihat adalah sepatu pejabat.

Tentu ketahuan, 27 kader PDIP dan 17 kader PD yang pernah manggung di parlemen sudah pake sepatu korup. Sepatu yang bila dipakai bisa loncat ke semua kementrian/lembaga (K/L). Bukan asal loncat, tapi sekali loncat bisa meraup ribuan dollar US.

Persoalannya, siapa yang kelak pake sepatu korup itu, setelah mengulum kekuasaan pasca pemilu 2014. Korupsi ini soal waktu dan kesempatan saja.

Jangan sesumbar bilang parti bersih, tapi juga kotor. Jangan sesumbar mengaku pro Wong Cilik tapi menjual asset wong cilik. Jangan hanya soal “sepatu” sesama pemakai “sepatu” saling lempar sepatu. Ini cuma soal “sepatu” kok ! Toh PDIP dan PD, dua-duanya pernah pake sepatu presiden. Yang jelas bukan Sepatu Dahlan !       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar