Ir. H. M Hatta Rajasa |
Senin,
19 Mei 2014, pasangan capres/cawapres; Prabowo-Hatta Rajasa (HR) dideklarasikan
di eks kediaman bekas proklamator Bung Karno, rumah Polonia Jl. Cipinang
Cempedak, Otista Jakarta Timur. Tempat deklarasi itu ingin menjiwai semangat
sang proklamator RI; Soekarno.
Menimbang Prabowo-Hatta, tentu bukan persoalan sebentar, lalu selesai dengan subjektifitas yang kental. Dari sosok Prabowo, hingga ia menjatuhkan pilihan cawapres pada HR, adalah suatu pilihan sosial politik yang dalam, dan bisa diterima semua kalangan.
Tak
hanya melihat HR secara personal an sich, tapi secara komunal,
HR dipandang sebagai sentrifugal personifikasi sosial politik yang plural dalam
ranah perpolitik mutakhir. Maka tak heran, HR mendapat tempat yang kuat di
tengah-tengah perbincangan politik saat ini, hingga Prabowo melabuhkan pilihan
padanya, dan mereka mendeklrasikan diri pada Senin (19/05/14).
Empat
kali ada di pemerintahan, membuat cara pandang kepemerintahannya matang. Tentu
empat kali jadi mentri itu, bukan karena faktor politik atau kedekatan saja,
tapi karena prestasinya. Ia politisi produk reformasi yang mumpuni.
Background sosial HR tak beda jauh dengan kultur PAN yang
dibesutnya. Lihatlah PAN, meski secara historis memiliki basis sosiologis
Muhammadiyah ketika pertama berdiri, tapi mengakomodir semua kelompok sosial ke
dalam partai berlogo matahari itu. HR negarawan yang religius. Ia punya zone
of acceptances lintas segmen sosial. Hal ini tercermin dari pluralitas
yang ada di partai yang dipimpinnya.
Ia
(HR) sosok bertangan dingin. Ditangannya sebagai Menko Ekonomi KIB II,
pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan baik. Meski di awal 2013, efek getar
negara-negara emerging market lain yang goyah ekonominya tak
berpengaruh ke Indonesia.
Roda
ekonomi kita bergerak positif. Investasi tumbuh pada titik keseimbangan sesuai
ekspektasi. Meski defisit neraca perdegangan sempat membuat ekonomi kita
mengalami depresi. Tapi diakhir tahun 2013 kita kembali mengalami surplus.
MP3EI
yang digagasnya, memberikan jiwa dan bantalan bagi tumbunya investasi dan
infrastruktur dasar di sektor-sektor penting ekonomi nasional. Bila
infrastruktur dasar kita mengalami akselerasi, maka ekspektasi pertumbuhan pun
berada pada trayeknya. Disinilah HR dengan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menjadi alat katrol bagi
arah gerak ekonomi Indonesia.
Hingga
saat ini, dari Rp4.000 triliun proyek yang ditargetkan MP3EI, sudah terealisasi
sebanyak Rp800 triliun. Baik proyek pengembangan infrastruktur maupun
pengembangan sektor riil. Harapannya, dengan adanya penguatan di sektor riil,
basis bertumbuhan ekonomi nasional menguat seiring guliran dana investasi MP3EI
terus mengalir hingga 2020.
Adapun,
pembangunan tersebut terdiri dari Rp131,67 triliun didanai Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Rp153,23 triliun didanai perusahaan BUMN, dan
Rp53,89 triliun oleh swasta. Sedangkan proyek campuran atau kerja sama
perusahaan BUMN, swasta, dan pemerintah sebesar Rp87,17 triliun.
penyebarannya
ada di Sumatera sebesar Rp55,63 triliun, Jawa Rp217 triliun, Kalimantan Rp57,19
triliun, Sulawesi Rp22,49 triliun, Bali dan Nusa Tenggara Rp17,54 triliun,
serta di Papua dan Maluku Rp27,15 triliun.
Dengan
perspektif ekonominya (Hatta-nomik) yang jauh ke depan (visioner) itu, maka HR
patut duduk sebagai salah satu putra terbaik bangsa. Ia memberikan “alas” yang
kuat bagi fondasi ekonomi nasional dengan menggagas MP3EI. Bukan tak mungkin,
bila kelak ia diamanahkan sebagai Wapres, MP3EI ini semakin terobjektifikasi
melalui program-program pembangunan nyata.Tidak salah, bila HR menjadi titik
magnet yang kuat dalam bursa pilpres kali ini. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar