Bisamillahirrahmanirrahim. Perkenalkan, nama saya Abdul Syukur. Dan demi Allah;
demi Rasulullah Isa Ibnu Maryam, sejak duduk di bangku kuliah semester empat;
saya salah satu pengagum karya-karyamu Romo Franz Magnis Suseno. Baik itu buku, paper, hasil
wawancara, opini. Hingga kini, karya-karya Romo saya arsipkan dengan baik.
Terutama, saya jatuh cinta pada pikiran-pikiranmu tentang kemanusiaan dan
pluralisme.
Romo Franz Magnis Suseno yang saya cintai dan hormati
Saya mengenal anda di suatu forum
seminar, terkait resolusi konflik agama tahun 2003 di Hotel Kristal Nusa
Tenggara Timur . Waktu itu saya mahasiswa semester empat di sebuah universitas
di Nusa Tenggara Timur (NTT). Betapa bahagianya saya waktu itu; bersentuhan
kulit (salaman) denganmu. Bahkan saya masih merasakan aroma tubuhmu hingga
kini. Sosok yang sebelumnya cuma bisa diraba dalam berbagai buah pikir tentang pluralisme
dan karya buku tentang Marxisme.
Maka saya serta-merta memahami
anda (waktu itu) sebagai sosok “pluralis”. Maka ketika apapun yang
diucapkanmu, selalu saya anggap bertuah dan bebas kepentingan politik. Hingga
hari ini dan detik ini, saya masih menaruh harapan besar itu pada-mu Romo;
sebagai suko guru pluralisme yang mumpuni di republik ini.
Romo Franz Magnis Suseno yang saya cintai dan hormati
Ajaran-ajaran pluralisme dan
demokrasi yang kau ajarkan selama ini, menempatkan perbedaan sebagai suatu
dimensi yang yang niscaya dan tak bisa ditolak. Apalagi perbedaan itu
dihakimi dan dinistakan ! Apalagi, dinamika perbedaan itu terjadi di ranah
politik, yang merupakan wujud operasional praktis demokrasi yang selama ini kau
khotbai di forum-forum seminar.
Maka saya terkejut sekali, ketika
mambaca surat Romo kepada Prabowo di TEMPO Edisi Rabu, 02 Juli 2014 dengan isi yang begitu saklak dan
tendensius. Sungguh saya tak menyangkanya; bahwa itu surat dari Romo Franz Magnis Suseno yang saya kenal.
Dalam surat itu Romo menulis Yang bikin saya khawatir adalah lingkungannya. Kok
Prabowo sekarang sepertinya menjadi tumpuan pihak Islam garis keras.
Saya mengerti, yang Romo maksudkan
Islam garis keras itu Front Pembela Islam (FPI), yang akhir-akhir ini marak
“memberikan dukungan politik” kepada Prabowo-Hatta. Atau mungkin ada
kelompok lain yang Romo maksudkan Islam garis keras itu ? Atau semua
orang Islam yang mendukung Prabowo-Hatta Romo kategorikan Islam garis keras?
Dan pada kata-kata Romo yang agak
“phobia Islam” dengan menyebut Islam garis keras inilah membuat saya mulai
meragukan Romo sebagai sosok pluralis yang luar biasa itu. Saya tidak mengerti,
romo “terkotak” di kelompok kepentingan yang mana? Tapi terserah Romo-lah.
Bagi saya, FPI cuma seklompok orang
yang belum tuntas dalam persepsi ke-Islaman. Bagi saya, FPI cuma sekelompok
orang yang belum tuntas memahami konvergensi ketauhidan dan kemanusiaan sebagai
satu kesatuan konsepsi iman. Tapi kemudian, hal itu tak mambuat saya dan Romo
memasung hak dan pilihan politiknya ! Atau boleh saya bertanya, apakah Romo
punya otoritas khusus untuk memasung hak-hak politik orang-orang yang ada di
FPI?
Romo Franz Magnis Suseno yang saya cintai dan hormati
Apakah dalam atmosfer demokrasi,
adalah sebuah kesalahan bila orang-orang semacam FPI menyampaikan pilihan
politiknya? Toh mereka warga asli Indonsia yang punya KTP; bukan pendatang?
Lalu kenapa Romo meragukan
Prabowo-Hatta sementara keduanya hanya menjadi sosok yang diapresiasi oleh
kelompok FPI dengan dukungan politik? Apakah dengan bersikap seperti itu,
lalu Romo ingin membelah dua paket capres ini dalam kategori radikalis vs
inklusifis; atau apalah itu dalam takaran Romo?
Kalau dulu Romo pernah menasehati
saya di forum seminar tentang pluralisme dan demokrasi, sekarang saya kembali
mengingatkan Romo; agar tidak menggunakan standar ganda dalam paham-paham itu.
Khususnya dimomentum pilpres 2014. []
Salam hormat saya untuk Romo Magnisuseno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar